♥️ Mengapa Agama Mengajarkan Adat Memandang Lawan Jenis

Mengapa Agama Mengajarkan Adat Memandang Lawan Jenis; Mengapa Belajar Dan Menuntut Ilmu Dikatakan Sebagai Bentuk Yadnya → Halini terjadi karena sebagian besar kaum Muslim tidak memahami masalah hubungan antar dua lawan jenis: laki-laki dan perempuan. Akibatnya mereka tidak mengetahui metode yang memungkinkan kedua lawan jenis itu untuk tolong menolong sehingga 12. Sistem Pergaulan Dalam Islam. menghasilkan kebaikan bagi umat dengan adanya tolong menolong itu. Viewflipping ebook version of Laskar Pelangi by Andrea Hirata (z-lib.org)_3 published by Perpustakaan Digital Darul Ilmi MTs Negeri 1 Wonosobo on 2022-04-08. Interested in flipbooks about Laskar Pelangi by Andrea Hirata (z-lib.org)_3? Check more flip ebooks related to Laskar Pelangi by Andrea Hirata (z-lib.org)_3 of Perpustakaan Digital Darul Ilmi MTs Negeri 1 Wonosobo. ØMengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk. Ø Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Laranganmemandang, bersentuhan lawan jenis dan kewajiban menjaga aurat. 7:07 PM Keimanan No comments. Larangan memandang, bersentuhan lawan jenis dan kewajiban menjaga aurat. Firman Allah : قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنْ أَبْصَـرِهِمْ وَيَحْفَظُواْ فُرُوجَهُمْ AzZamakhsyari-seorang tokoh Hanafiyah- berpendapat, "Kata 'nikah' dalam al-Qur'an tidak disebutkan melainkan dalam pengertian 'akad', sebab penggunaan 'nikah' dalam pengertian 'hubungan intim' termasuk dalam kategori tashrih (perluasan makna).Orang yang hendak mengungkapkan 'nikah' secara kiasan bisa menggunakan kata 'mulamasah'atau 'mumássah' (saling Seringnyamemandang lawan jenis akan memudahkan syetan untuk menggoda manusia dalam berbuat hal munkar. Allah SWT telah berfirman "katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Mengajarkanadab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk. 4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Budayayang berbeda memiliki kebiasaan berkomunikasi berbeda, baik dari aspek volume suara, pengungkapan emosi secara langsung atau tidak langsung, keinginan untuk berbasa-basi atau berbincang santai, dan perbedaan-perbedaan lainnya. [3] Ketika berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda, bersiaplah untuk menghadapi perbedaan UCDD9mM. Saling menghormati antar sesama suku adanya sikap toleransi antar agama Cara menyikapi tradisi adat yang bertentangan dengan agama yaitu jangan diikuti atau di hindari sedangakan cara menyikapi yang bertentangan dengan HAM yaitu dihargai Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Meski memiliki kedudukan tinggi, memiliki harta yang melimpah dan martabat yang tinggi, mereka tetaplah makhluk yang lemah, sebagaimana Allah kabarkan di dalam kitab-Nya, وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” QS. An Nisa` 28 Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak akan terlepas dari interaksi dengan orang lain, baik dengan orang tua, saudara, kerabat, teman maupun tetangga. Baik dengan kaum laki-laki maupun kaum perempuan, baik yang muda maupun yang tua. Maka syariat Islam datang untuk mengatur tentang adab-adab bergaul dengan sesama melalui perantara Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. Beliau adalah manusia yang paling agung akhlaknya, termasuk tatkala beliau berinteraksi. Sebagaimana firman Allah, وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ “Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” QS. Al Qalam 4 Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengikuti beliau dan menjadikan beliau teladan yang baik dalam hidup kita karena telah jelas keterangan dari Allah, لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagi kalian.”QS. Al Ahzab 21 Pada zaman ini, interaksi antara laki-laki dan perempuan sudah sangat bebas, bahkan tak ada batas, baik di dunia maya maupun nyata. Hal itu dapat kita temui di lingkungan kampus, sekolah, masyarakat, dan tempat-tempat lainnya. Kita akan dapati banyak fenomena yang miris. Sangat disayangkan adanya para pemuda-pemudi yang mengumbar kesenangan dunia yang pada hakikatnya adalah pintu menuju perzinaan yang akan mengantarkan pada kemurkaan Allah Sungguh sangat menakutkan balasan yang akan diberikan bagi pelaku zina. Andaikan seseorang merenungkan hal ini, maka dia akan berpikir seribu kali untuk mendekati perbuatan zina. Islam mengajarkan adab-adab yang baik ketika bergaul dengan orang lain, termasuk dengan lawan jenis. Islam memberikan batasan-batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam rangka menjaga keduanya dari fitnah. Tetapi banyak orang tidak memperhatikan hal ini karena menganggapnya tidak penting bahkan dianggap akan membebani mereka. Padahal agama Islam itu agama yang mudah dan tidak membebani umatnya. Allah-lah Yang Maha Tahu tentang agama ini. Tidaklah Dia menciptakan syariat ini kecuali untuk kebaikan makhluk-Nya. Siapa yang aman dari fitnah Adakah yang aman dari fitnah ketika seseorang berinteraksi dengan lawan jenis? Kemungkinan ada tetapi hanya sedikit karena Allah akan menguji laki-laki dengan ujian yang berat yaitu wanita. Sebagaimana sabda Rasulullah, مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah ujian yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada fitnah wanita.” HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim Bagi orang-orang yang berkesempatan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren, bisa saja aman dari fitnah karena tidak ada interaksi antara santri laki-laki dan perempuan secara langsung. Namun bagi yang tidak di pesantren, yaitu mereka yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang penuh keragaman pola hidup dan pergaulan yang bebas, mereka berpeluang besar untuk terkena fitnah jika mereka tak pandai-pandai dalam menjaga pergaulan. Lalu bagaimana dengan para aktivis dakwah, apakah mereka juga aman dari fitnah? Ada orang yang beranggapan bahwa mereka aman dari fitnah karena mereka telah berbekal ilmu agama sehingga kebal terhadap fitnah, apalagi fitnah wanita. Apakah hal itu menjamin? Tidak. Bahkan orang yang alim sekalipun, mereka juga berpeluang terkena fitnah tatkala berinteraksi dengan lawan jenis. Semua tergantung usaha masing–masing orang, bagaimana cara seseorang meminimalisir interaksi dengan lawan jenis dan senantiasa membentengi diri dengan iman. Jika seseorang memiliki keimanan yang tinggi maka ia akan berusaha sungguh-sungguh untuk menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah. Adab yang disyariatkan ketika berinteraksi dengan lawan jenis Ada beberapa adab yang hendaknya dilakukan ketika berinteraksi dengan lawan jenis, yaitu Menundukkan pandangan Pandangan merupakan awal terjadinya fitnah sehingga Allah memerintahkan kepada setiap laki-laki maupun perempuan untuk menjaga pandangannya. Sebagaimana firman Allah, قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” QS. An Nur 30 وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ “Katakanlah kepada wanita yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” QS. An Nur 31 Manfaat dari menjaga pandangan ini adalah agar ketika berinteraksi, seseorang tidak terfitnah dengan lawan jenis dan tidak menjadi sumber fitnah. Hendaknya seseorang tidak mengumbar pandangannya dan senantiasa menjaga hatinya. Jika seseorang tidak sengaja melihat lawan jenis maka hendaknya dia langsung menundukkan pandangannya, bukan malah menuruti keinginan untuk melihat berulang kali, baik karena kecantikannya, rasa penasaran terhadap orang yang baru saja dilihat, maupun karena iseng-iseng saja. Stop dan jangan teruskan pandanganmu meski hanya melirik kepada hal yang tak layak kau pandangi! Cukuplah kau jaga hatimu dan tundukkan pandanganmu. Ada suatu kisah mengesankan dari seorang yang shalih. Suatu hari, ada seorang shalih berangkat ke tempat shalat. Ketika ia pulang, istrinya bertanya, “Berapa wanita cantik yang telah engkau lihat?”. Orang shalih itupun menjawab, “Demi Allah, semenjak aku berangkat hingga aku pulang, tidaklah aku melihat kecuali ibu jari kaki-kakiku!” Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tadi adalah kesungguhannya dalam menjaga pandangannya dari hal-hal yang bukan menjadi haknya untuk dilihat. Lalu bagaimana dengan orang yang belum memiliki pasangan hidup? Seharusnya dia lebih berusaha keras untuk menjaga pandangannya. Menjaga diri agar tidak menjadi sumber fitnah Baik laki-laki maupun perempuan harus senantiasa berusaha menjaga dirinya agar dia tidak menjadi fitnah bagi lawan jenisnya tatkala bergaul dengannya. Tidak dipungkiri lagi bahwasanya hati manusia sangatlah lemah. Ketika seorang perempuan berbicara di depan laki-laki hendaklah tidak menggunakan nada yang mendayu-dayu, tetapi nada yang datar saja sebab dengan begitu si laki-laki tersebut tidak akan terfitnah dengan suara perempuan. Begitu pula ketika berjalan dan bertingkah laku hendaknya tetap memperhatikan adab. Seringkali karena si perempuan saking senangnya mengobrol dengan temannya sampai-sampai dia tidak mempedulikan keadaan sekitar. Ternyata di dekatnya ada laki-laki yang sedang konsentrasi mengerjakan sesuatu tetapi karena mendengar suara perempuan yang begitu indah, konsentrasi si laki-laki menjadi buyar. Walhasil apa yang dia kerjakan menjadi kacau. Bahkan hafalan seseorang akan hilang seketika ketika melakukan maksiat, yaitu melihat apa-apa yang Allah larang untuk melihatnya. Ingatlah saudariku… Saudara kita mungkin merasa terganggu hatinya dengan sikap dan lisan kita. Mereka berusaha menjaga hati mereka dengan susah payah, tapi justru kita tak membantu mereka agar terjaga dari fitnah? Sungguh sayang jika kita tak peduli dengan saudara kita. Laki-laki pun juga harus menjaga dirinya agar tidak menjadi sumber fitnah sama seperti halnya perempuan. Ketahuilah bahwa hati perempuan itu lemah semisal kaca, sebagaimana sabda Rasulullaah, ارْفُقْ بِالْقَوَارِيرِ “Lembutlah kepada kaca-kaca para wanita” HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan ini lafazh miliknya Mereka akan mudah merasa GR kepada seorang laki-laki yang memberinya perhatian, mereka memiliki perasaan yang lebih sensitif. Oleh karena itu, jangan memberikan rayuan-rayuan pada perempuan yang bukan istrinya. Bersikaplah sewajarnya pada mereka karena dengan begitu mereka juga akan bersikap sewajarnya terhadap kalian. Intinya antara laki-laki dan perempuan hendaknya saling membantu bukan saling menjatuhkan. Jangan berdua-duaan berkhalwat Rasulullah mengingatkan kepada kita dengan sabda beliau, لَا يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا “Janganlah salah seorang di antara kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaithan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” HR. Ahmad Tidak boleh bagi laki-laki dan perempuan ber-khalwat karena yang ketiga adalah setan yang akan membisikkan keburukan bagi keduanya sehingga keduanya akan terjerumus pada hal-hal yang dilarang dalam syariat Islam. Baik mereka melakukannya dengan alasan yang dipandang baik misal untuk belajar, menunggu dosen di kelas, jajan bareng, apalagi berboncengan bareng, bahkan sampai bergandengan tangan. Sungguh mereka akan diancam dengan ancaman yang pedih sebagaimana dalam sabda beliau shallallaahu alaihi wa sallam, لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ “Tertusuknya kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum besi, lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”HR. Thabrani[1] 4. Hijab Hijab berarti penutup atau penghalang. Pria dan wanita hendaknya berbusana yang sopan dan menutup aurat. Dengan hijab, Islam mengajarkan kepada kita untuk menundukkan hawa nafsu. Selain menutup aurat, Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga pandangan. Karena dari pandangan yang tak terjagalah segalanya bermula. Menjaga pandangan dibagi dua; yakni menjaga pandangan terhadap hal yang berhubungan dengan dzahir yaitu melihat dan menikmati bagian tubuh lawan jenis yang menarik dan menjaga terhadap syahwat yang timbul dalam hati. Allah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjaga pandangan” Ada tiga kelompok manusia yang mata mereka tidak akan melihat api neraka, yakni orang-orang yang matanya terjaga di jalan Allah, orang yang matanya menangis karena takut kepada Allah dan orang-orang yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah.” Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ “Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki.” HR. Tirmidzi, shahih 5. Tidak boleh ikhtilat campur baur antara wanita dan pria Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya. Mari kita kaji hal berikut. ~ mengobrol dengan lawan jenis Kita boleh bergaul dan berbicara dengan lawan jenis selama mengikuti aturan moral Islam, yakni tak ada sikap yang menunjukkan tindak asusila, tidak saling menyentuh, tak ada janji rahasia untuk bertemu berdua dengan maksud berbuat zina dan sebagainya. Kita boleh berbicara untuk saling mengenal namun dengan batas yang wajar, namun harus waspada ke arah mana perbincangan yang dimaksud. ~ bersahabat dengan lawan jenis. Ketika pria dan wanita bekerjasama melakukan kebaikan, mereka disebut sahabat. Ketika mereka bertemu di ruang publik dan berdiskusi seperti dalam kajian mereka disebut sahabat, dalam hal ini diperbolehkan. Namun ketika mereka mulai bertemu di tempat yang tersembunyi atau dalam pertemuan di suatu tempat rahasia dan tidak disertai mahramnya, saling bersentuhan, dan tindakan yang mendekati zina maka hal ini dilarang. ~ duduk bersama lawan jenis jika duduk bersama dengan lawan jenis dalam forum ilmiah ,misalnya seminar, musyawarah dll sepanjang tidak bersentuhan dan pergaulan hanya demi kebaikan maka hal ini diperbolehkan. ~ membicarakan lawan jenis kita hendaknya waspada ketika membicarakan lawan jenis. Menjaga kesucian diri merupakan kata kunci dalam hal ini. Kita hendaknya menjaga kesucian diri baik dalam pikiran maupun perbuatan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati kita sehingga kitapun harus menyadari hal ini. 6. Menjaga kemaluan Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara langsung tatap muka ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media komunikasi lainnya. 7. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki Dalam perkataan Saudariku, mari menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan, “…Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” QS Al Ahzab 32 Dalam Berjalan Hindari cara jalan yang memancing pandangan orang lain terutama lawan jenis, hindari jalan yang berlenggak-lenggok atau berjingkrak-jingkrak. “…Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan…”QS An Nur31 Dalam Berdandan Tidak usah berlebihan dalam berdandan. Hindari tabarruj menampakkan perhiasan atau kecantikan yang ditujukan kepada mata-mata yang bukan mahram. Hati-hati dengan penggunaan minyak wangi. Rasulullah bersabda “Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi kemudian ia keluar, lalu ia melewati suatu kaum orang banyak supaya mereka mendapati mencium baunya, maka ia itu adalah perempuan zina.” HR Ahmad, Nasa’I, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Khuzaimah, dan Thahawi dari Abu Musa Tata Cara Pergaulan Remaja Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran Islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi a. Mengucapkan salam Ucapan salam adalah doa. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut. b. Meminta izin Artinya kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman. Apabila hendaknya menggunakan barang milik teman, maka kita harus meminta izin terlebih dahulu. c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Remaja harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya. Dan memberikan tuntunan, bimbingan, kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang. d. Bersikap santun dan tidak sombong Dalam bergaul penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman merasa nyaman berteman dengan kita. Sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam Islam bahkan sombong merupakan sikap tercela yang dibenci Allah. e. Berbicara dengan perkataan yang sopan Bila kita berkata utamakan perkataan yang bermanfaat dengan suara yang lembut dengan gaya yang wajar dan tidak terbuai. f. Tidak boleh saling menghina g. Tidak boleh saling membenci dan iri hati Sikap seperti ini akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit yang hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela, baik di hadapan Allah maupun manusia. h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat Yaitu menjadi 3 bagian 1/3 beribadah kepada Allah, 1/3 untuk dirinya, dan 1/3 lagi untuk orang lain. i. Mengajak untuk berbuat kebaikan Orang yang akan memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu. Secuil nasihat ini saya sampaikan sebagai pengingat bagi saya sendiri juga teruntuk saudara-saudaraku seiman agar berhati-hati dan senantiasa memperhatikan adab ketika bergaul dengan lawan jenis. Semoga Allah meneguhkan iman kita dan mengistiqamahkan hati-hati kita di atas agama Allah yang haq. Alhamdulillaahi alladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. MALU merupakan akhlak paling mulia dan paling istimewa dalam Islam, baik dalam memandang dan berbicara, bergerak dan diam, duduk dan berdiri, makan dan minum, maupun perilaku kehidupan sehari-hari lainnya. Singkatnya, rasa malu ini akan menciptakan harmoni antara perasaan dan kasih sayang. Selain itu, malu juga dapat mencegah berbagai marabahaya, perlakuan buruk, dan pelecehan. Allah Swt. berfirman dalam menggambarkan akhlak yang luhur ini, قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ٣٠ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, …… QS. An-Nur 30 – 31 Dalam Sunnah Nabawiyah terdapat ancaman bagi orang-orang yang mengumbar pandangannya terhadap perempuan yang bukan mahram. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dari Abdullah bin Mas’ud Rasulullah Saw. bersabda, “Pandangan mata adalah anak panah iblis yang beracun. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku, Aku menggantikannya dengan keimanan yang dapat ia rasakan manisnya di dalam hati.” Maksudnya, pandangan mata terhadap perempuan yang bukan mahram dapat membangkitkan kilatan api iblis yang membinasakan. Barangsiapa meninggalkan perbuatan tersebut, Allah akan menggantinya dengan kehangatan iman yang dapat ia rasakan dalam jiwanya. Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan Baihaqi dari Abu Umamah Nabi Saw. bersabda, “Tidaklah seorang Muslim yang memandang kecantikan seorang perempuan untuk kali pertama kemudian ia menundukkan pandangannya karena takut siksa Allah, melainkan Allah akan menjadikannya sebagai ibadah yang dapat ia rasakan manisnya di dalam hati.” Artinya, menundukkan pandangan mata merupakan ibadah yang menyebabkan jiwa menjadi tenang. Al-Ashbihani meriwavatkan dari Abu Hurairah Rasululiah Saw. bersabda., “Semua mata akan menangis[1] pada Hari Kiamat, kecuali mata yang dipejamkan untuk menghindari hal yang dilarang Allah,[2] mata yang tidak terpejam di jalan Allah,[3] dan mata yang keluar dari kelopaknya seperti kepala lalat[4] karena takut kepada Allah.” Intinya, memalingkan pandangan merupakan perjuangan demi menggapai ridha Allah Swt. Di samping itu, memalingkan pandangan merupakan salah-satu sebab yang akan memasukkan seorang hamba ke dalam surga. Dalam hadits riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dalam Shahih Ibni Hibban dan Hakim, dari Ubadah bin Shamit Rasulullah Saw. bersabda, “Jagalah kalian enam perkara, niscaya aku menjamin surga bagi kalian; jujurlah apabila kalian berbicara, tepatilah apabila kalian berjanji, tunaikanlah apabila kalian diberi amanah, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian dari melakukan hal yang tidak baik.” Hadits ini mengumpulkan enam perkara inti yang menjadi prinsip kemuliarn akhlak Islami, yaitu bicara benar, menepati janji, menunaikan amanah atau titipan kepada yang berhak, menjaga diri dari perbuatan keji, memalingkan pandangan dari perempuan yang bukan mahram, kecuali ada keperluan atau karena kebetulan, dan menahan diri dari menyakiti orang lain. Batasan yang membedakan antara pandangan yang halal dan yang haram adalah pandangan pertama yang tidak disengaja, dan karenanya ia tidak berdosa. Sementara pandangan kedua, mata mengikuti ke arah objek yang dipandang maka perbuatan itu dicatat sebagai dosa. Dalilnya adalah hadits riwayat Ahmad dari Ali bin Abi Thalib Nabi Saw. bersabda, “Hai Ali, sungguh engkau mempunyai harta karun di surga dan engkau yang mempunyai dua tanduknya. Maka, janganlah engkau ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu untukmu, sedangkan yang berikutnya bukanlah untukmu.” Bahkan secara tegas disebutkan, memperturutkan pandangan mata dan keinginan hati merupakan dua hal yang menimbulkan dosa. Dalam hadits yang diriwayatkan secara ringkas oleh Bukhari dan Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i, dari Abu Hurairah Nabi Saw, bersabda, “Telah ditetapkan[5] kepada anak Adam nasib perzinaannya yang pasti akan dijalaninya zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina kedua kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkan semua itu atau menolaknya.” Maksudnya, semua anggota tubuh manusia sering berbuat kesalahan. Kesalahan mata adalah dengan memandang perkara haram secara sengaja, kesalahan kedua telinga adalah mendengar suara perempuan tanpa ada keperluan atau keterpaksaan, kesalahan lidah adalah membicarakan hal vang tidak pantas, kesalahan tangan adalah berbuat aniaya terhadap orang lain, kesalahan kaki adalah melangkah menuju tempat atau perbuatan maksiat, sementara hati yang berharap dan menginginkan merupakan pertanda bahwa ia terbiasa melakukannya. Adapun bukti perbuatan yang menunjukkan jihad melawan hawa nafsu dari keinginan mengumbar pandangan mata adalah memalingkan pandangan mata. Muslim, Abu Dalwud, dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Jarir ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang pandangan sekilas yang tidak disengaja. Kemudian beliau menjawab, “Palingkan pandanganmu.” Selain itu, setan juga memiliki peran dalam menjebak manusia agar memperturutkan pandangannya. Oleh karena itu, kita dituntut meminta perlindungan dari kejahatannya. Dalam hadits riwayat Baihaqi dan lainnya, dari lbnu Mas’ud Rasulullah Saw. bersabda, “Dosa itu membekas di hati,[6] dan tidaklah suatu pandangan mata melainkan setan hadir di sana untuk menguasainya.” Maksudnya, setan selalu berharap dan menginginkan kerusakan. *** Referensi diringkas dari buku “Ensiklopedia Akhlak Muslim Berakhlak terhadap Sesama & Alam Semesta”, karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili Catatan kaki [1] Berduka dan cemas karena begitu hebatnya peristiwa pada hari itu [2] Mencegah maksiat [3] Mata yang terjaga sepanjang malam untuk bersiaga dari serangan musuh. [4] Mengucurkan air mata karena takut siksa Allah Swt [5] Ditetapkan di sini bukan berarti fardhu atau wajib, tetapi sekedar gambaran tentang kejadian yang mungkin menimpa manusia [6] Sesuatu yang membelit dan menguasai hati sehingga sangat sulit untuk menghilangkannya.

mengapa agama mengajarkan adat memandang lawan jenis